Pemerintahan Mendatang Harus Tingkatkan Produksi Pangan

03-06-2014 / KOMISI IV

Tren kenaikan harga pangan jelang Ramadan dan lebaran, ternyata tidak saja terjadi di Indonesia. Pasar dunia pun mengalami lonjakan harga yang terus meningkat. Di tengah minimnya lahan dan kebutuhan yang terus meningkat, pemerintahan mendatang ditantang untuk meningkatkan produksi pangan.

“Secara umum di pasar dunia dari tahun ke tahun memang terjadi kecenderungan harga pangan meningkat. Terutama karbohidrat seperti tepung, jagung, dan beras. Itu kita lihat trennya sejak 20 tahun yang lalu, meningkatnya luar biasa,” ungkap anggota Komisi IV DPR Siswono Yudohusodo, sebelum rapat paripurna DPR, Selasa (3/6).

Menurut politisi Partai Golkar ini, bahan pangan berbasis karbohidrat seperti jangung, tepung, dan beras, tidak saja dibutuhkan oleh manusia, tapi juga untuk ternak dan kebutuhan energi seperti bio fuel. Jadi, wajar bila harga pangan di dalam negeri dan dunia meningkat. Konsumsi pangan akhir-akhir ini juga meningkat tajam dibanding beberapa tahun sebelumnya. Yang jadi persoalan krusial adalah nilai impor Indonesia terus meningkat dibanding ekspor.

“Pangan diperebutkan untuk 3 kepentingan, disamping manusia, seperti jagung diperebutkan juga untuk ternak. Manusia kini makan daging lebih banyak. Begitu pula ternak harus lebih banyak mengonsumsi pangan. Dan pangan juga diperebutkan untuk program energi dengan bio fuel,” jelas Siswono. Jadi sangat wajar konsumsi pangan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Selalu ada defisit perdagangan di serktor pangan karena ketimpangan impor yang terlalu tinggi daripada ekspor. Sementara produksi pangan juga tidak meningkat signifikan, karena areal lahan tidak diperluas. “Sawah-sawah berubah jadi industri, real estate, dan jalan. Jadi, sangat berbahaya masa depan kita untuk pangan. Kita tidak mampu membuka areal-areal pertanian yang baru di luar pulau jawa,” keluh Siswono.

Ini jadi pekerjaan rumah untuk pemerintah baru yang akan datang. Produksi pangan harus ditingkatkan. “Jadi tantangan pemerintahan akan datang adalah bagaimana meningkatkan produksi,” sambung Siswono. Sementara menyangkut inflasi, sektor pangan tertinggi menyumbang inflasi nasonal. Semua ini lantaran pengeluaran terbesar hidup masyarakat adalah untuk kebutuhan pangan. Sehingga kenaikan harga pangan terus melejit.

Namun demikian, lanjut Siswono, menekan harga pangan supaya murah terus juga terasa tidak adil bagi para petani. Petani butuh harga tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Beras naik sedikit saja, langsung operasi pasar untuk menekan inflasi agar tidak tinggi. Sementara kebutuhan petani tidak diperhatikan, seperti transpor naik, biaya sekolah naik, pupuk naik, benih naik, tapi berasnya enggak boleh naik. Itu juga enggak adil,” timpal Siswono. (mh), foto : naefurodjie/parle/hr.

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...